Gapura Dusun Templek Gadungan Puncu |
Dusun Templek Berada kurang lebih 2 KM timurnya kota Pare. 200 meter ke selatan dari Pasar Sapi Pare. Dusun atau daerah ini biasa saja seperti pada dusun-dusun yang lainnya, tetapi yang membedakan Daerah yang tepatnya bernama dusun Templek, Desa Gadungan, Kecamatan Puncu ini adalah masyarakat di daerah ini kebanyakan memiliki mata pencaharian sebagai Pengrajin Genteng, Mulai kapan pengrajin genteng sudah ada didaerah ini! tidak ada yang tahu secara pasti, namun asal mula pengrajin genteng dimulai dari belanda yang mengenalkan penduduk di sekitar Templek tentang cara pembuatan genteng, memang daerah Templek ini memiliki tanah liat yang cocok digunakan untuk membuat genteng. Karena merupakan usaha turun temurun dan merupakan mata pencaharian sebagaian besar warga Templek, membuat genteng masih dilakukan hingga sekarang.
Membuat Genteng Sendiri Bukanlah merupakan suatu hal yang sulit, namun dalam prosesnya diperlukan ketelitian dan kesabaran. Proses pembuatan genteng pun tidak serta merta, tetapi melalui suatu proses atau tahapan. Membuat Genteng dimulai dari dengan Mencangkul tanah lempung sebagai bahan dasar untuk dibawa ke tempat penggilingan tanah, biasanya untuk membawa tanah dari tempat mengambil tanah tersebut ke tempat penggilingan digunakan mobil bak kecil atau secara manual menggunakan Gledekan (istilah di tempat itu). Tanah Tersebut kemudian di timbun dan sebelum digiling diberi air terlebih dahulu, agar mudah dalam penggilingan nanti. Terlihat seperti Gambar dibawah ini:
Bahan dasar tanah lempung |
Pemberian air ini tidak boleh berlebihan karena nanti pada saat digiling, kualitas lempung hasil gilingan kurang baik atau terlalu lembek atau juga terlalu berair. Setelah tanah lempung sudah disiapkan saatnya dilakukan penggilingan, penggilingan dilakukan dengan bantuan alat mesin, disini disebut sebagai Selepan Lempung. Gambarnya seperti ini :
Mesin Penggiling tanah liat |
Dalam Proses penggilingan, biasanya ada dua orang pekerja, satu yang bertugas memasukkan lempung ke papan penggilingan, alat yang digunakan biasanya cikrak, pacul, dan ganco, sedangkan pekerja yang satunya mengangkat tanah lempung yang sudah di giling untuk ditaruh ditempatnya. Tanah yang sudah digiling akan ditaruh disuatu tempat dengan di tumpuk – tumpuk menjadi kotak persegi yang besar dan biasa disebut sebagai Gemuk’an. Ini dia gambar sebuah mesin giling yang sedang bekerja.
Proses penggilingan sedang berjalan |
Gambar diatas menunjukkan hasil gilingan dari tanah liat yang berbentuk tipis melebar ini, setelah mengumpul banyak, oleh pekerja yang mengangkut, lempung tersebut akan dibuat seperti bola kemudian diangkat menuju gemuk’an. Seperti gambar dibawah ini :
Membuat Gemu’an |
Terlihat gambar diatas seorang pekerja yang sedang mamanggul lempung. Lempung tadi ditumpuk – tumput menjadi bentuk kotak besar yang telah disebutkan sebelumnya yaitu Gemuk’an, pada saat proses penumpukan, lempung tadi diratakan dengan menggunakan kaki, seperti pada gambar yang terlihat berikut ini :
Meratakan Gemu’an |
Setelah penggilingan selesai dilakukan, maka proses selanjutnya adalah membuat batan, batan adalah lempung yang dibuat bulat- bulat seukuran bola sepak yang kecil yang bertujuan untuk mempermudah dalam proses pencetakan. Biasanya bentuknya bulat dan ada yang kotak, ukuran satu batan diusahakan pas dengan banyak bahan yang dibutuhkan untuk membuat satu buah genteng, agar nanti saat di press atau dicetak sisa dari batan tersebut tidak terlalu banyak, sisa – sisa tersebut biasanya diakumulasi kemudian dibuat lagi menjadi batan. Gambar batan seperti ini :
Batan yang sudah jadi |
setelah selesai membuat batan, kemudian dilakukan proses pencetakan klo disini disebut sebagai proses cepet (sehingga disebut genteng cepet) caranya dengan memasukkan bola batan tadi kedalam alat pres, alat press tersebut ditekan dengan menggunakan linggis dengan prinsip pengungkit, seperti terlihat dalam gambar berikut :
alat press genteng |
Setelah dipress tentu saja tepi – tepi dari cetakan tersebut masih belepotan, maka untuk membuang sisi – sisi yang belepotan digunakan nampan, caranya adalah setelah dipress cetakan diangkat kemudian dipasang nampan dicetakan diatas cetakan yang bawah, kemudian cetakan dibalik, pada alat cetakan bagian bawah dapat diputar karena diberi engsel, kemudian diputar kebawah secara otomatis genteng hasil cetakan jatuh kedalam nampan, agar tidak lengket sebelum mencetak dasar dari cetakan bagian bawah dan atas diolesi sama minyak, minya yang digunakan biasanya adalah solar, atau minyak tanah. Gambar nampan seperti dibawah ini:
Nampan |
Penyangga dari nampan tersebut dapat berputas sehingga memudahkan dalam proses pembuangan sisa – sisa dari hasil press, untuk merapikan bagian yang tepi biasanya digunakan pisau. Seperti terlihat gambar berikut :
Perapihan genteng |
Setelah dirapikan genteng yang masih basah ini ditarung di tempat yang namanya biasa disebut sebagai andang, genting ditaruh sedemikian rupa (berdiri), andang ini terbuat dari dari bambu, andang adalah tempat penyimpan sementara genting yang masih basah, setelah 2 atau 3 hari, genting yang sudah agak mengering harus dipanaskan dengan bantuan sinar matahari, orang disini biasanya menaruh dipelataran pada pagi hari dan ketika sore dimasukkan kembali, proses ini sangat tergantung pada cuaca, jika musim penghujan, kegiatan menjemur atau mepe ini akan sangat terganggu.
Penataan genteng |
Gambar genteng yang ditata di andang. Sementara gambar proses penjemuran seperti ini :
Genteng yang dijemur |
Proses ini dilakukan sampai genteng – genteng betul – betul kering, genteng yang kering biasanya di simpan di Los, Los adalah tempat pembuatan genteng, setelah beberapa ribu genteng kering, genteng tersebut ditata kedalam ruang pembakaran yang biasa disebut Jobongan. Genteng yang kering tersebut ditata sedemikian rupa di dalam Jobongan proses ini disebut dengan Ngringgi, setelah ditata, pinggir – pinggir dari pintu untuk memasukkan genteng ke Jobongan di tutup dengan menggunakan Lumpur. Gambar situasi Jobongan seperti dibawah ini :
Isi jobongan |
Gambar diatas adalah Jobongan dilihat dari pintu yang digunakan untuk memasukkan genteng kedalam Jobongan. Sementara jika Jobongan dilihat dari luar yaitu tempat memasukkan bahan bakar kayu gambarnya seperti ini :
Lubang pembakaran |
Lubang ini memanjang dari ujung jobongan ke ujung yang lainnya, sehingga pada saat memberikan bahan bakar kayu, panasnya dapat merata di semua sisi. Dalam pembakaran diperlukan banyak pengalaman, banyak kejadian genteng diabagian bawah sudah molet hitam sementara genting dibagian atas masih belum matang, hal itu biasanya disebabkan oleh pemberian api yang terlalu besar. Pembakaran biasanya dilakukan sehari semalam atau melihat ciri-ciri khusus bila suatu genteng sudah matang. Setelah genteng matang, api dimatikan dan dibiarkan 3 sampai 4 hari agar panasnya hilang, setelah panasnya hilang genteng yang sudah matang siap ditata diluar untuk dipasarkan, proses pengambilan Genteng dari Jobongan disebut Umbal. Berikut hasil tatanan genteng matang yang siap untuk dipasarkan :
Genteng yang sudah siap dipasarkan |
Gambar Genteng yang sudah ditata dan juga siap untuk dipasarkan!
iy di daerah godean-jogja jg ad
MAS CIPUT SAYA MO NANYA APAKAH TANAH LIAT UNTUK BIKIN GENTENG HARUS TANAH LIAT BERWARNA MERAH, BAGAIMANA JIKA TANAH LIAT BERWARNA HITAM, O YA SAYA PENGIN TAU DI KABUPATEN MANA DESA TEMPLEK ITU, MKS
@ Untuk bikin genteng tuh tidak harus menggunakan tanah liat yang berwarna merah, di tempat ini, tanah liat yang digunakan malah berwana coklat kehitam – hitaman, yang penting termasuk tanah lempung.
Desa templek itu ada di kota pare, kabupaten kediri
info nya mantap sekali…. makasih pak….
jangan sungkan2 mengunjungi gubub aku…disini
terima kasih
thank ok bro
mantap gan postingannya lain kali maen yaa ke daerah ane tempat membuat genteng..citeko plered purwakarta
wah, komplit ya,,!! thanks!!
@Diatas saya : terima kasih.
mantab kalau generasi muda templek kaya gini,,,,perasaan waktuaku tinggalin templek kamu masih kecil ya .put,,,,,salut aku…….semoga templek tambah maju …