aku berharap dan memohon selalu di perjalananku. Bahwa aku sadar terkadang mulut ini terlalu tajam untuk lukai orang lain, luka yang seharusnya tidak pernah tersayat tajam jika aku bisa menjaga mulut ini.
Jika dalam panggung sandiwara kehidupan ini aku menjalankan sebuah peran, aku telah mencoba memerankan dengan sepenuh jiwa, yaitu seseorang yang berjalan lurus di JalanNya, walaupun ku tahu bahwa bumi ini memiliki hamparan luas samudra hingga langit ke tujuh yang membelokkan jalanku. Layaknya jalan kebahagian yang semu, jalan yang seharusnya tidak kulewati.
Air itu terus mengalir dari sungai kecil yang melewati lembah tua itu, entah berapa lama menjadi saksi akan kekuatanNya, terlihat diselahnya ada rumput yang bergoyang karena tersentuh ringan oleh angin laut yang berhembus, waktu itu sore hari sehingga mataharipun pergi dan berganti bulan yang menemani.
Hidup ini layaknya sebuah alur cerita dalam suatu drama, kita sendiri sebagai tokoh utama. Tergantung peran seperti apa yang kita mainkan atau Peran yang IA berikan kepada kita. Kita harus senantiasa bersyukur.
Bersyukur sepanjang waktu karena kita telah memainkan peran sesuai kehendakNya agar dapat berbakti kepadaNya.
salam superhangat.
agar lancar kontemplasimu,
sarapanlah…..
kontemplasi adalah…
kok ndak ada ya kang??
wekekkee…
wah rencana kehisupan ini susah di tebak, kita cm bisa menjalani sesuai dgn rencana yg telah ditentukan..
Dunia Ini, Panggung Sandiwara …. Ceritanya Mudah Berubah …
* yah, Malah Nyanyi …..
lama gak kemari 😀
Insya Allah dengan bersyukur, hidup ini terasa jauh lebih indah dan bisa dinikmati
@ Endop : ah nggak jadi ah!
@ hmc : saya juga jarang mampir kesana sekarang
:kabur
ah ga jadi ah