Dan sebenarnya untuk mereka sendiri, dilihat dari judul postingan ini nampaknya ada satu point yang menekankan sikap egois mementingkan diri sendiri. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa egois adalah bagian dari manusia. Mereka selalu bersemangat untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, mereka tidak tertarik terhadap apa yang saya mau.

Berawal dari obrolan orang jelata ditempat saya, dari obrolan itu mereka lebih berminat terhadap hal-hal yang mereka inginkan seperti mendapat emas, mendapat insentif tambahan, bekerja dengan keras agar hasilnya juga besar dan lain-lain, ketika ditanya pendapat tentang nasib kerjaan yang kemungkinan akan mendapatkan untung atau rugi, mereka acuh dan mereka mengatakan itu urusan raja bukan urusan saya.

Apa jadinya jika raja hanya memikirkan kepentingan dirinya sendiri tanpa memikirkan apa yang diinginkan dari pasukannya, raja bodoh namanya. Karena hal yang terjadi adalah pasukan akan bekerja secara terpaksa, tidak enjoy dan secara situasi itu hal yang tidak menguntungkan, raja kehilangan wibawa dan fuihhh kelaut aja.

Bagaimana raja yang pintar? Dengan ilustrasi cerita raja pintar dan raja bodoh yang berikut ini mungkin pembaca bisa menarik kesimpulan. Kedua raja akan memancing, yang tujuannya adalah mendapatkan ikan. Raja pintar sangat suka dengan Biskuit, sementara raja yang bodoh kebetulan juga menyukai biskuit.

Pada saat memancing Raja bodoh menggunakan biskuit sebagai umpan, karena raja bodoh ini sangat menyukai biskuit, ya namanya raja bodoh mementingkan kesenangan diri. Berbeda dengan raja pintar, walaupun ia sangat suka dengan biskuit, namun ia sadar ikan tidak suka biskuit tapi lebih menyukai cacing, maka raja pintar menggunakan cacing sebagai umpan. Sekarang mana yang bodoh?

Kalau boleh saya jabarkan, Raja bodoh adalah Bos, Raja pintar adalah Pimpinan dan Pasukan adalah pegawai atau anak buah.