“Jangan lelah kalau anda melakukan kebaikan karena kelelahan itu hilang dan kebaikan itu akan abadi. Jangan gembira dengan keburukan karena kegembiraan itu akan hilang dan keburukan itu akan membuat anda menyesal di kemudian hari – Diambil dari Rusly Djunaid, Family Weekend harian Fajar Sabtu 26 Mei 2012 “
Minggu sore ini kusempatkan melihat benteng Fort Rotterdam. Memang menurut saya sudah agak kadaluarsa karena semenjak akhir agustus tahun 2011 lalu dimana saya pertama kali menginjakkan kaki di Makassar, baru kali ini saya sempatkan diri melihat benteng Fort Rotterdam. Minggu sore yang cerah, setelah sampai siang di proyek, sore harinya ku tancap sepeda motor mio ku untuk berbegas ke TKP.
Kurang lebih 20 menit perjalanan sampai disana. Matahari bersinar terang karena memang waktu menunjukkan pukul jam 5 sore. Melewati pantai Losari dan sempat bertanya kepada seorang pedagang dipinggir jalan, akhirnya kutemukan juga Benteng Fort Rotterdam, patokannya dari Losari utara, melewati rumah makan Popsa maju sedikit, dikanan jalan. Parkir sepeda di depan dengan tarik seribu perak, saya masuk kedalam mengisi daftar pengunjung dan disini ada sistem SSR *sumbangan suka rela*. List nama diatas saya rata-rata diisi 2 artinya 2 ribu perak, saya ikut juga.
Mendengar dari namanya Benteng Fort Rotterdam, bayangan saya seperti benteng-benteng perang di film Troy dan lain sebagainya. Hal itu berubah seketika pada saat saya masuk kedalam. Hemat saya Benteng Fort Rotterdam ini lebih mirip komplek sekolahan ataupun musium. Kesan sejarahnya pun sedikit tertutupi dengan gedung-gedung yang berwarna bersih. Dan memang benar, karena tempat ini baru selesai dilakukan pemugaran *baca renovasi*. Untuk mengabadikan momen kunjungan itu, langsung saja aku take dengan kamera BB 9300 ku. Berikut skrinsyutnya :
Foto Situasi [Fort Rotterdam] :
Selanjutnya aku menyisir bangunan-bangunan yang ada di Benteng Fort Rotterdam ini. Disudut pojok tengah kompleks itu, saya menemukan rumah kecil, didepannya ada beberapa orang pemuda dan didalam rumah itu saya mendapati 2 orang yang asyik berdiskusi mengenai lukisan, mereka berbicara dari sini, politik, gubernur, hingga presiden. Seorang pemuda yang menurut hemat saya lebih muda dari saya dan seorang yang lebih tua. Saya mereka asyik berbicara, saya hanya diluar melihat foto-foto yang ditempel dipintu rumah yang sedang dibuka. Di foto itu saya melihat sosok orang tua yang sedang asyik berbicara didalam. Ya Orang tua itu adalah Zaenal Beta, seorang pelopor *juga bisa dibaca penemu* lukisan dari tanah.
Kemudian tak lama, saya masuk keruang itu, saat saya mau buka sepatu, bapak tua itu dengan baik bilang kepada saya agar jangan melepas sepatu. Saat masuk, saya melihat banyak sekali karya lukisan beliau yang luar biasa. Seperti tidak percaya lukisan sebagus itu terbuat dari tanah. Its really incredible and absolutely wonderful. Saya sempatkan berbincang dengan bapak Zaenal Beta, malah beliau menunjukan cara menggambar dengan tanah liat, tak butuh lama, 2 menit sebuah lukisan rumah Tongkonan dari tanah lihat sudah selesai. Berikut adalah skrinsyut saat beliu dengan antusias menunjukan cara melukis dengan tanah :
Lukisan Tanah [Karya Zaenal Beta] :
Sementara itu waktu berlalu dan kamipun berbincang. Beliau mengatakan bahwa karya seni lukisan tanah itu bukan lagi merupakan miliknya seorang, namun sudah menjadi milik bangsa kita. Beliau menghimbau kepada pemerintah untuk mempedulikan dan mendukung para seniman, beliu juga sangat takut apabila suatu saat nanti karya milik kita entah apapun itu akan dipatenkan oleh negara lain. Sehingga keseriusan pemerintah terhadap karya anak-anak bangsa memang diperlukan. Saya sendiripun menyadari bahwa dimanapun berada para seniman selalu butuh dukungan untuk mereka terus berkaya. Beliau juga menceritakan harapannya yang sangat besar pemerintah makassar terhadap para seniman dan hasil karyanya.
Tak terasa senja hari telah tiba, mataharipun mulai tenggelam. Kumandang adzan Magrib terdengar di Masjid sebelah. Dan di speaker terdengar bahwa para pengunjung harus meninggalkan Benteng Fort Rotterdam. Satu lagi pembelajaran dalam coretan kisah perjalanan hidup ini, hendaknya kita syukuri, kita jaga apa yang kita miliki saat ini. Benteng Fort Rotterdam dengan harapan dan warna-warni yang ada didalamnya.