Kali ini saya sharing tentang setup audio. Saya memang penggemar atau hobinya audio. Mulai dari jaman walkman pakai kaset dulu, kemudian usb player, creative mp3 player, ipod sampai dengan audio player portable yang ada saat ini saya masih mengikuti.
Selain portable saya juga suka audio desktop, mulai dari speaker, pre amp, ampli sampai pemutar musiknya itu sendiri. Speaker pasif merakit sendiri. Mulai dari ngebox, bikin crossover, solder, sampai finishing cat.
Nah karena saya suka dua duanya maka saya perlu setup yang bisa dalam dua kondisi tersebut. Baik portable maupun desktop. portable yang bisa di bawa sementara yang desktop untuk setting diruangan.
Setelah berjalan sekian lama akhirnya ketemulah setup yang ideal menurut saya. Berikut saya share break down dari setupnya seperti foto berikut :
Saya coba share satu persatu urutannya. Yang paling pertama adalah pemutar audio playernya… ibarat mesinnya. Saya menggunakan raspberry pi3 sebagai basic dapnya, karena diraspberry ada software khusus buat pemutar audio yang menghasilkan output suara yang sangat bagus.
Kemudian kalau menggunakan raspberry pi3 saja masih ada keterbatasan yaitu Digital to analog bawaan nya memiliki kualitas suaranya biasa aja. Untungnya raspberry ini ada connector i2s yang dapat dipasangkan dengan DAC external.
Maka saya pasangkan lah dengan PIFI Digi+ sebuah addon (tambahan) untuk pengolahan Audionya. Pifi digi memiliki dac dari wolfson yaitu wolfson wm8804 yang spesifikasinya bisa dilihat disini. Wolfson memiliki karakter yang warm. Keluaran Dari Pifi digi + ini adalah output optical dan Coaxial. Saya gunakan yang coaxialnya sebagai keluaran.
Outputnya yang warna kuning itu adalah coaxial dan yang sebelah kiri ini (yang ada putih) adalah optical. Jadi outputnya belum berupa analog ya, masih digital. Ibarat Komputer sudah ada soundcardnya tinggal kita install softwarenya mau windows atau linux, nah kali ini saya install Moode. Moode adalah os khusus pemutar audio yang diinstall di Raspberry.
Sebelum mengenal Moode saya terlebih dahulu kenal sama Volumio, sebuah software audio yang lebih terkenal, lebih user friendly. Lama sekali menggunakan volumio ini, sampai akhirnya ingin mencoba Moode. Karena penasaran dan ingin ganti suasana maka saya installah Moode ini.
Dan saya terkejut, suara yang dihasilkan jauh lebih bagus, lebih bersih dan lebih rapi dibanding dengan volumio. Kalau urusan suara saya pilih Moode dari pada pakai volumio. Kekurangannya adalah installasi yang lebih rumit dan perlu beberapa step khusus.
Sama juga seperti volumio, Moode ini merupakan server. Jadi setelah saya install raspberry + Moode ini, akan ada wifi spot yang terbentuk, saya mengendalikan software dengan device yang terkonek ke hostspot moode ini. Sehingga sangat fleksibel, yang penting konek ke wifi bisa diakses softwarenya. Bisa pakai smartphone, laptop, tab dll.
Untuk proses selanjutnya Keluaran dari Coaxial dari Pifi Digi+ saya teruskan ke SMSL SU1. SMSL SU1 ini adalah sebuat Mini DAC yang dacnya AK4493S. AK 4493S adalah salah satu DAC high end. Implementasi yang baik di SMSL SU1 membuat kualitas suaranya sangat bagus dengan harga yang dibilang masih OK.
Layaknya DAC yang harganya jutaan, SMSL SU1 ini memiliki kualitas jutaan dengan harga terjangkau. Biasanya saya langsung pakai dari Laptop ke SMSL SU1 ini, karena dia memiliki input Coaxial, USB C dan Optical dan keluarannya adalah RCA saja. Karakter dari SMSL SU1 ini clear, bening, dan detail. Untuk pendengar musik yang serius (audiophile) sangat cocok. Namun kekurangannya agak bikin capek.
Jadi kalau digabung dengan wolfson dari Pifi Digi + yang karateristiknya Warm dan ketemu SMSL SU 1 yang clear, detail ini jadi sangat cocok. Low nya lebih berbobot dan berkualitas, sedangkan Mid dan Highnya OK ikut bawaan dari SMS SU1. Ini sinergi yang baik sih menurutku.
Selanjutnya dalam dunia audio kabel konektor ini sangat berpengaruh terhadap suara. Percaya ga percaya, namun itu fakta. Kabel sangat berefek pada kualitas suara yang dihasilkan. Untuk Konektor Coaxial antar Pifi Digi+ dan SMSL SU 1 saya menggunakan kabel Vermouth Serenade, seperti pada foto dibawah ini.
Selanjutnya yang tak kalah pentingnya adalah Speaker atau headset yang dipakai. Kualitas audio yang baik namun kalau speaker atau head set nya jelek tentu kualitas juga ga maksimal. Nah untuk desktop saya masih ada Preamp tabung dan ampli robertson 4010, namun ga kita bahas ditulisan kali ini.
Nah untuk keluaran yang saya pakai adalah menggunakan earbud. Earbud adalah speaker di cantolin di kuping. Earbud ini yang paling sederhana dibanding yang lainnya. Paling simple. Earbud ini adalah earbud Diy artinya dirakit sendiri dari beberapa komponen. Ini penampakan earbudnya.
Untuk earbud buatan sendiri (DIY Earbud), beberapa hal yang mempengaruhi kualitas suara. Dimulai dari Driver, Housing, Kabel, Jack terminasi dan Timah yang dipakai. Coba saya breakdown satu persatu.
Pertama dari driver, driver saya ambil (copotan) dari Yuyin Y100. Earbud dipasaran yang harganya sekitar 40 ribuan. Driver bawaan yuyin y100 Secara default sudah memberikan detail yang bagus. Bass dengan kuantiti yang cukup. High yang bagus.
Namum yang menjadi kekurangan adalah mid nya. walaupun ga terlalu maju. Namun memberikan efek pengang dan pegal ditelinga kalo untuk long listening (tergolong dry). Untuk housing saya menggunakan housing umum sejuta umat yang bentuknya standar.
Selanjutnya adalah kabel, untuk kabel yang saya pakai adalah kabel mogami 2799. Kabel ini memiliki resolusi suara yang sangat baik, detail, seluruh instrumen terdengar dengan jelas. Untuk Timah menggunakan viablue dan jack menggunakan silver Oyaide yang memiliki karakter clear dan detail.
Karakter dari Earbudnya menjadi : Lebih Detail dan Resolusinya upgrade. Vocal jadi clear dan smooth dibanding bawaan dari Yuyin y100.