Menikmati musik adalah salah satu hobi saya, menikmasi musik sambil beraktifitas atau justru mendengarkan musik disaat waktu instirahat. Kalau kita yang biasa menggunakan komputer windows, tentu generasi 90 an kenal dengan namanya Winamp.

Menikmati musik hi-res (resolusi tinggi) dengan kualitas rekaman yang top tentu akan memberi kepuasan tersendiri. Klo di windows saya lebih suka menggunakan foobar 2000 sebagai pemutar musik di laptop.

Sudah bertahun-tahun menggunakan foobar ini. Foobar ini sudah sangat mumpuni untuk memutar musik dengan kualitas yang sangat baik. Hingga beberapa hari lalu, saya tidak sengaja menemukan Audio Player namanya Lilith.

Lilith Audio Player

Saya sangat kaget dengan kualitas suara yang dihasilkan. Jauh lebuh empuk, lebih clear, lebih lively dan dinamis. Foobar yang saya kira sudah bagus ternyata setelah saya bandingkan ternyata secara kualitas suara masih kalah dibanding Lilith audio player ini.

Lilith ini ternyata dibuat oleh developer asal jepang. Software ini ternyata sudah dikembangkan dari tahun 2008. Dan sampai saat ini versi terakhir adalah versi 2019. Saya sangat Rekomendasikan audio player untuk audiophile. Bagus banget. Untuk link bisa langsung ke akun X developer https://x.com/project9k

Berbicara tentang kecap Cap Sawi, bukan hanya berbica mengenai kecap manis biasa. Bagi saya kecap Sawi ini adalah sebuah nostalgia.

Saya semasa kecil yang tinggal di daerah Pare Kediri, salah satu andalan kecap yang sering biasa digunakan adalah kecap cap Sawi ini. Kecap ini pabriknya ada di Kediri.

Dulu waktu SD, saya suka sekali makan telur diceplok dimakan sama nasi dan diberikan kecap diatasnya. Kira – kira kecap inilah yang menjadi Favorit saya.

Terkadang cukup dengan lauk tempe goreng ditambah nasi dan kecap ini, sudah membuat perut saya kenyang dan bisa lanjut kembali main sepak bola yang bolanya dari plastik.

Kecap cap Sawi

Biasanya kami main di jalan depan rumah, jika ada pengguna jalan yang lewat permainan kami stop terlebih dahulu atau bermain di semak semak belakang rumah yang sengaja kami babat rumput dan tanamannya untuk tempat main bola,terkadang beberapa akar tanaman, kami menyebutnya tunggak masih ada.

Kecap sawi ini memiliki ciri khas yang manis. Hal itu pula yang membuat saya kombinasikan dengan nasi putih yang tentu rasanya tawar. Untuk masakan ibu yang dibuat didapur, kecap ini yang selalu tersedia.

Selama kuliah dan kemudian bekerja, saya jarang menemukan kecap ini lagi. Ya maklum saja saya kerja kebanyakan di luar Kediri. Hingga kemarin saya pulang ke rumah dan menjumpai lagi kecap ini.

Tampilan ciri khas nya masih sama yaitu logo sawi berwarna hijau. Sebuah logo yang memaksa otak saya untuk bernostalgia lagi. Teringat masa – masa SD, SMP dan SMA saya, yang nggak kerasa sudah berlalu hampir 24 tahun yang lalu.

Mungkin saja sebagian orang menganggap bahwa itu hanya sebuah kecap biasa, namun bagi saya itu salah satu icon kebanggaan saya sebagai anak Pare Kediri, sebuah ikon yang menjadi bagian dalam menemani perjalan penulis.