Merakit Diy Amplifier Hiraga Le monstre 8 Watt

Standard

Beberapa DIY Amplifier yang aku buat antara lain Kelas AB dan Chips Amplifier LM 1875 yang secara hasil menurut saya cukup memuaskan.

Kemudian membaca dari review, bahwa salah satu jenis amplifier yang linier dan memberikan suara yang cukup baik adalah dari kelas A. Kelas tergolong ampli yang tidak efisien. Dispasi yang tinggi, menghasilkan panas yang tinggi. Sehingga sering sekali dengan power sumber yang tinggi menghasilkan output daya yang rendah.

Dari browsing kelas A, muncul 3 amplifier yang mau saya bikin, JLH 1969, Hiraga Le Monstre 8 watt, dan Aleph 3. Dimulai dari JLH yang user friendlly secara perakitan, hingga Alpeh3 yang cukup komplek. Dari pertimbangan yang ada saya putuskan merakit Jean Hiraga Le monstre 8 watt.

Dimulai dari beli PCB, saya beli PCB dari Pak Atma Audio. Bisa dibrowsing di platform e commerce lokal. Tapi dari PCB yang ada, untuk nilai dan jenis komponen saya sesuaikan dengan skema ini.

2. Komponen yang dipakai

Dalam merakit amplifier hiraga ini, ada dua bagian yang cukup krusial yaitu Bagian PSU dan bagian Amplifier. Kita mulai dari bagian PSU.

Psu atau power supply pada jenis ampli klas A memang sangat rewel. Karena listrik akan dipanjer terus menerus baik saat ada input atau tidak ada input.

Untuk psu saya bagi menjadi dua bagian (monoblok) dalam satu bagian saya menggunakan trafo 12 volt Ac 5 ampere (trafo kecil)

Untuk bagian elko saya menggunakan 8×10.000 uf. Jadi satu sisi total menggunakan 80.000uf. Elko ini menjadi penting karena sebagai filter noise setelah disearahkan dengan dioda. Syukur syukur nilainya bisa dinaikkan lagi. Untuk PSU pernah saya coba pakai jenis Capasitance Multiplier (CM), tapi hasilnya kurang maksimal di telinga saya.

Hiraga Le monstre 8 watt

Yang perlu menjadi catatan saya adalah bagaimana driver hiraga ini sebaiknya mendapatkan supply dc di 12 volt sesuai dengan desain.

Pernah mencoba dan supply diatas 15 vdc, hasilnya musikalitas berkurang dan ga nyaman. Saya pribadi ketemu hasil suara optimal bila supply mendekati dengan desain.

3. Gambar setalah jadi

Saat mencoba driver ini saya pair dengan DAC SMSL SU1 dan speaker bookshelf DIY micro kit C dari SB Acoustic. Yang saya notice suara yang dihasilkan vocal intimate, mungkin ini ampli terbaik yg menghasilkan suara natural.

Hiraga not only amplifier, He is singer. Detail detail instrument terdengar jelas. Serasa mendengarkan setup audio mahal seperti yang ada dipameran IHEAC kemarin.

Tidak perfect banget, namun menurut saya ampli ini sangat baik. Seluruh bagian terdengar sangat baik. Low, mid dan high sangat sangat baik. Saat ini hiraga menjadi ampli yang sering saya pakai.

Lagu lagu high res sangat baik didengarkan dengan hiraga. Overall ampli ini salah satu ampli DIY favoritku. Yang menjadi extra penanganan saat merakit ampli ini adalah panas yang dihasilkan.

Setup Audio Desktop ku

Standard

Sudah lama juga memiliki hobi audio ini, kurang lebih dari awal – awal sma. Dimulai dari portable audio dan sekarang desktop audio. Jika dulu hanya beli perangkat, saat ini juga mencoba membuat DIY (Do it your self). Dari sekian lama hobi ini, berikut beberapa perangkat yang saya punyai.

Hobi audio bisa jadi sangat mahal, karena beberapa perangkat audio memiliki harga yang tinggi, baik speaker maupun amplifier, kabel dan lain – lain. Sehingga saya disclaimer di awal, bahwa perangkat yang punya adalah best budget, artinya dengan harga yang tidak mahal namun kualitas yang dihasilkan sudah cukup lumayan sehingga dari segi pengeluaran dapat dikatakan masih bersahabat.

Baik akan coba saya share satu persatu. Dimulai dari player atau pemutar musik. Saya biasa memutar musik lewat komputer windows, yang sering adalah streaming youtube dengan browser chrome dan untuk pemutar file musik, saya sudah lama menggunakan xmplay atau foobar, namun belakangan saya menemukan Beemusic, sebuat software audio player yang menurut saya, kualitas audio yang dihasilkan cukup baik.

BeeMusic
BeeMusic, audio player di windows yang kualitas suaranya cukup baik

BeeMusic ini semacam Music organizer juga audio player, saat pertama menggunakan agak asing, karena penataan lagu dan playlistnya agak berbeda. Ga masalah sih, karena saya lebih mementingkan kualitas suara yang dihasilkan dan BeeMusic ini sudah memiliki GUI yang cukup baik. Saya bandingkan dengan beberapa Audio player lain, bee memiliki kualitas yang sangat baik.

Audio Player yang kedua adalah Raspberry yang saya install Moode. Jadi setup ini lebih banyak saya gunakan sebagai streamer. Remotenya bisa menggunakan hp, laptop yang terkonek pada satu jaringan yang sama. Player ini menurut saya praktis dan kompak dengan suara yang dihasilkan cukup baik.

Raspberry pi
Raspberry pi dengan Moode sebagai streaming player

Bagian yang Kedua Adalah DAC sebagai pemproses signal. Baik BeePlayer di windows atau Raspberry pi dengan Moode, untuk memproses output digitalnya saya menggunakan DAC SMSL SU-1. Banyak review yang mengatakan dac ini bagus, memang benar saya mencobanya sendiri. Suara Clean, detail, low noise dan tanpa banyak kolorasi. Untuk kualitas High Rest, DAC ini sangat mumpuni. DAC yang memiliki Kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau.

SMSL Su1
SMSL SU-1 Dac berkualitas baik tanpa kolorasi, cocok buat high rest musik

Bagian selanjutnya adalah bagian amplifier. Ada beberapa amplifer yang saya miliki antara lain Onkyo (yang lagi trouble), dan beberapa yang lainnya baik yang build up maupun bikin sendiri. Ok saya share mulai dari DIY chip amplifier. Amplifier buatan sendiri dengan chip sebagai penguat akhir. Yaitu LM1875, saya buat dua kali, yang pertama beli sudah jadi, dan yang kedua saya rakit dari 0. LM 1875 ini sangat lumayan di bagian mid dan high tapi sedikit kurang di low, yang karena memang daya ampli ini tidak begitu besar. Ampli yang menurut saya sangat mudah diterima karena suara yang mumpuni.

Lm1875
Amplifier DIY chip LM 1875

Selanjutnya ampli yang sering saya pakai. Amplifier ini build up, amplifier yang cukup jadul yaitu ampli buatan tahun 1980 an. Saya dapatkan second dari penjual audio-audio jaman dulu yaitu Robertson audio 4010. Amplifier ini berdaya kurang lebih 40 watt (kalo ga salah), ga ada potensio suara. Amplifier ini memiliki suara yang low yang deep, mid clear serta mid yang halus. Memiliki karakter suara yang tebal, menyerupai Amplifier yang menggunakan tabung.

Robertson audio 4010
Amplifier Robertson Audio 4010

Amplifier selanjutnya saya gunakan adalah amplifier hiraga le monstre 8 watt, sebuah amplifier DIY kelas A, yang terkenal memiliki efisiensi daya sedikit, dispasi yang dihasilkan membuat ampli ini sangat panas, sehingga diperlukan heat sink yang cukup tebal untuk mengelola panas yang dikeluarkan.

Suara yang dihasilkan sangat baik, cocok ditelinga saya, jadi walaupun masih belum dimasukkan di chasing dan masing cukup apa adanya justru ampli yang ini yang sering saya dengarkan. Kelemahannya panas dan untuk beberapa waktu pemutaran, trafo juga ikutan panas. Walaupun skemanya sangat simpel namun kualitasnya sangat memanjakan telinga. Musik terasa asyik, suara vokal yang terdengar alami, detail suara – suara keluar. Di volume yang kecil, suara yang dihasilkan cukup detail.

Karena ampli ini memiliki kapasitas yang kecil (8 watt), ampli ini memang buat speaker berdaya kecil dan yang memiliki sensivitas yang tinggi.

Hiraga Le monstre 8 watt
Amplifier DIY Hiraga Le monstre 8 watt

Sementara bagaimana skema driver dari hiraga le monstre 8 watt ini, bisa dilihat pada gambar dibawah ini, skema yang cukup sederhana untuk sebuah driver amplifier.

3. Gambar setalah jadi
Skema driver Hiraga le monstre 8 watt

Kemudian saya lanjut ke bagian yang sangat menentukan kualitas suara yaitu speaker. Bagus tidaknya suatu sistem audio, salah satu yang sangat menentukan adalah speaker. Sebaik apapun player dan ampli tapi kalau kualitas speakernya ala kadarnya, tentu suara yang keluar juga ala kadarnya.

Saya mulai dari speaker Build up yang pernah beli dua kali, pembelian pertama yaitu speaker second Mission 760i, sebuah speaker jadul tahun 1980 an buatan mission dari Inggris, yang pertama rusak, dan kemudian beli lagi di market place untuk speaker yang sama.

Karateristik suaranya Low tebal mid dan hight yang smooth, memiliki soundstage yang lebar. Walaupun secara high rest dibilang biasa namun secara keseluruhan kualitas yang dihasilkan cukup baik, cocok untuk long listening karena smooth dan tebal, tidak ada hars yang berlebihan dan sangat adem.

Mission 760i
Speaker mission 760i

Selanjutnya saya penasaran dengan DIY speaker full range, saya menggunakan Driver dari Lii Song Audio F6, sebuah driver full range yang memiliki clarity mid yang natural. Salah satu kelemahan dari Speaker ini adalah menghandle bagian lownya, harus dibantu dengan ukuran box speaker yang baik. Secara over all speaker ini cocok untuk vocal mid, yang clarity, jernih dan natural, tapi dengan kelemahan bagian low yang dapat dikatakan “ada” yang tidak bisa deep banget.

Lii audio f6
Speaker DIY Lii audio F6

Selanjutnya Speaker DIY saya yang lain yaitu Micro Kit C dari SB – acoustic. Yang karena drivernya dua duanya menggunakan produk dari SB – Acoustic. Cukup kompak namun suara yang dihasilkan cukup maksimal dari sebuah speaker bookshelf yang saya tempatkan di kamar atau di ruangan. Suara nya yang cukup detail nyaman digunakan untuk mendengarkan audio audio high rest.

Diy Microkit c
Speaker Diy Microkit – C dari Sb Acoustic

Demikianlah sharing dari beberapa koleksi audio desktop yang saya miliki.